Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia masih mengandalkan pasokan kedelai impor sebanyak lebih dari 80%. Karena itu, ketika stoknya mulai menipis maka pengrajin tahu-tempe pun bakal merasakan dampaknya. Namun, pemerintah memastikan bahwa pasar dalam negeri akan kemasukan pasokan kedelai baru.
“Kedelai ada keterlambatan masuk dari Luar Negeri. Tapi segera akan masuk,” ungkap Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi kepada CNBC Indonesia, Kamis (4/1/2023).
Hadirnya stok baru membuat keberadaan kedelai bisa lebih teratasi, sehingga harganya bisa lebih ditekan.
“Harga ke depan juga akan turun seiring Ketersediaan dari luar negeri,” kata Arief.
Langkanya keberadaan kedelai membuat harganya juga ikut terkerek saat ini. Sesuai hukum ekonomi supply-demand, maka harganya juga sudah lebih dari keadaan normal. Padahal, seharusnya harga turun karena Aip menyebut beberapa negara sedang panen kedelai.
“Oh iya otomatis harga naik, kan pernah naik Agustus sampai Rp 13-14-15 ribu, begitu stok banyak turun jadi 12 ribu. Sekarang naik lagi, sekarang di Rp 13 ribuan/Kg, tapi sekarang kalau sesuai mekanisme pasar itu lagi panen di AS, Brasil, Argentina, Kanada dan lain-lain, harusnya paling tinggi Rp 10-11 ribu/kg karena harga AS saya tau,” ungkap Ketua Umum Gakoptindo, Aip Syarifuddin kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/1/2024).
Jika itu harga yang dibayar pengrajin untuk membeli setiap Kg kedelai, maka harga kedelai di bursa Chicago pun tengah naik.
“Minggu lalu cek US$13 lebih per bushel kira-kira, sehingga berapa dolar itu harga di AS dan itu Brasil, Kanada dan lain-lain mengacu karena ini bursa kedelai di Chicago,” lanjutnya. https://bagaimanacaraya.com/